Skip to main content

Jiwa Yang Sudah

Teruntuk jiwa yang sudah..
Kuharap memang benar-benar sudah.
Jangan lagi kamu tambatkan koma.
Beri aku istirahat dari kenyataan darimu yang begitu berat.

Kamu memang tak layak dikenang.

Namun juga tak pantas lalu dilupakan.
Aku berharap semula bukan melupakan segalanya.
Cukup dengan jangan hadir dulu sampai aku benar-benar mengikhlaskan mu.

Aku tahu kamu telah bahagia dengan yang baru.

Tapi kumohon jangan tunjukkan padaku dulu.
Sampai porsi "cukup" itu terpenuhi secara sempurna.

Jedaku hanya ingin kau pahami.

Biarkan ia mencari jalan ikhlas nya dulu.
Mengikhlaskan setiap ilusi yang sempat kamu hadirkan.
Ketika kamu berkhayal akan masa depan,
membual seolah pujangga,
menertawai kebodohan kita,
bahkan mendemokan bahagia sebagai aset utama. 
Sungguh, ijinkan aku mengambil nafas dulu agar lebih berambisi mengikhlaskan mu.


Comments

  1. kapan-kapan bakal ada yang lebih sedih. tunggu aja :D
    tapi abis ini yang ngga sedih-sedih dulu ya:v biar readers ngga bosen.
    oiya, terima kasih sudah mampir dan ngasih masukan.
    tunggu tulisan - tulisan selanjutnya ya:D

    ReplyDelete
  2. the real story banget kak ,kedepannya harus bikin yg real story lagi kak

    ReplyDelete
  3. Siap, ditunggu saja kelanjutan tulisan dengan cerita yg berbeda. Terimakasih sudah membaca 😊

    ReplyDelete
  4. Saya suka mbak .. ditunggu karya selanjutnya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mungkin Ini Tentang Kamu

Kamu hebat, kamu mampu menjadi dua orang yang berbeda ketika berhadapan denganku. Kadang menyebalkan tapi lampau menyenangkan. Aku iri dengan segala kemahiranmu itu. Aku yang bahkan sering beradu peran,  sama sekali tak bisa menempatkan diri. Aku tetap aku, yang rajin berias dengan  kemunafikan namun selalu berusaha membantahnya. Tetap aku yang gagal membatasi setiap rasa. Tetap aku yang tak pernah peduli dengan ungkapan geram yang terlontar dari setiap orang di sekelilingku. Aku terlalu egois, mengusahakan setiap ronta yang muncul dari dalam hati. Lalu menyamarkan setiap antusias ini agar kelicikan ku tertata rapi. Sampai waktu yang sekarang ini, aku benar-benar tak mampu berkelit lagi untuk tidak mengungkapkannya. Meskipun lewat kata, Ya !!! aku menyukaimu.. Aku kalah, Aku gagal membatasi setiap rasa yang ku maksudkan tadi. Padahal inginku, kamu tetap diam ditempat saja sampai hatimu yang tergerak. Namun karena kebodohan ini, kau ku buat  berfikir keras un